Jumat, 19 Juni 2009

Kebahagian

Tulisan ini saya buat tgl 28 Agustus 2004

Kebahagian seseorang tidak ditentukan oleh orang lain (orang tua, pasangan hidup, anak, teman dan lain-lain) atau faktor-faktor lain diluar orang tersebut (mis. materi, kekuasaan, derajat, pangkat, lingkungan yang indah, yang romantis, yang sejuk dan lain-lain). Tapi kebahagiaan seseorang mutlak ditentukan oleh diri sendiri orang tersebut. Maka semakin seseorang mengejar apa yang dinamakan kebahagiaan itu, semakin jauhlah dia dari kebahagiaan tersebut. Karena semakin kebahagian itu dikejar, mau tidak mau semakin kuat kita menggantungkan kebahagiaan kepada faktor-faktor diluar kita sendiri. Mengapa? Karena dengan menggantungkan kebahagiaan kepada faktor-faktor diluar kita sendiri, disinilah kita mulai menuai kekecewaan demi kekecewaan.

Nasib

Tulisan ini saya buat tgl 13 Agustus 2004.

NASIB seseorang bukanlah ditentukan oleh faktor-faktor diluar diri orang tersebut (mis. faktor orang tua, saudara suami/istri, faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain), melainkan dari dalam diri orang tersebut. Yaitu bagaimana Pola berpikir orang tersebut adalah hal yang mutlak yang akan menentukan atau mengukir nasib didalam sejarah hidupnya sendiri. Pola berpikir adalah bagaimana seseorang mampu menangkap makna yang paling mendasar dari segala sesuatu yang ada dan yang sedang terjadi. Untuk kemudian melengkapinya, mengolahnya dan menjadikannya sebuah peluang yang sangat realistis, lengkap dengan pemetaan situasi dan kondisi untuk merealisasi peluang tersebut (peluang dalam hal ini adalah peluang dalam hal/bidang apapun). Benar-benar TOTAL, artinya pikiran, perasaan, jiwa dan raga jadi satu-kesatuan. Karena satu-kesatuan inilah maka semua indra menjadi peka, juga menjadikan seseorang ulet, telaten, disiplin dan pikiranpun jadi kreatif, cerdas dan cerdik. Sehingga dengan sendirinya Pola berpikirnya menjadi sangat baik. Untuk itu supaya dapat menghasilkan pola berpikir yang baik pada diri seseorang, mutlak orang tersebut harus benar-benar total didalam proses mewujudkan apa yang diharapkannya.

Pola berpikir

Tulisan ini saya buat tgl 1 Desember 2002.

Cerita ini adalah pengalamanku waktu demi waktu, dan sampai sekarang konsep/ cara berpikir ini masih selalu saya pakai dan saya jadikan pegangan untuk menyelesaikan masalah yang biasanya cukup rumit, kompleks dan ada sangkut pautnya dengan diri saya.

Waktu itu ketika usaha hancur, bapak saya selalu menasehati banyak hal dan pada akhir nasehat bapak saya selalu bilang JIKA POLA BERPIKIRMU BERUBAH, REJEKI BERUBAH PULA. Kata-kata ini selalu diulang2 oleh bapak saya, yang pada mulanya aku nggak ngerti maksudnya.

Setelah saya mencoba berbagai macam usaha untuk bangkit secara ekonomi, jatuh-bangun, kesimpulan demi kesimpulan saya peroleh saat jatuh-bangun. Sampai pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai bangkit. Ternyata tanpa saya sadari seiring dengan kebangkitan saya telah menjadikan pola berpikir saya berubah menjadi lebih baik. Sejak saat itu baru saya mengerti bahwa dengan berubahnya pola berpikir memang bisa menjadikan rejeki seseorang membaik. Karena cara memandang sebuah permasalahan menjadi berubah, dengan sendirinya cara memilih skala prioritas menjadi berubah, keseriusan dan memperjuangkannya juga berubah.

Waktu terus berjalan, dengan berubah pola berpikir, ternyata yang berubah tidak hanya soal rejeki, nasib secara umum pun ikut membaik. Jadi yang terjadi disini adalah perubahan cara memandang SEMUA masalah kehidupan. Sampai akhirnya saya pada kesimpulan baru yaitu, JIKA POLA BERPIKIR SESEORANG BERUBAH, NASIBNYA PUN AKAN BERUBAH. Dalam hal ini sudah menyangkut nasib bukan hanya soal rejeki semata, karena sebenarnya rejeki adalah memang bagian dari nasib.

Sekarang coba simak kalimat, JIKA POLA BERPIKIR KITA BERUBAH. Dalam kalimat tsb diatas, apakah kita perlu obyek lain selain diri kita. Apakah kita perlu mengkoreksi orang lain dan lingkungan kita. Tidak perlu khan.

Jadi kesimpulannya untuk menyelesaikan persoalan yang menyangkut diri kita, bagaimanapun rumit dan kompleksnya kita harus mampu mulai mengkoreksi dari diri kita sendiri. Dan pada kenyataannya mengkoreksi diri sendiri jauh lebih mudah dari pada mengkoreksi orang lain (kalau orang lain tsb mau dikoreksi... tidak jadi masalah, kalau tidak....ya kecewa dan sakit hati).

Mengkoreksi diri sendiri disini bukan berarti menyalahkan kita sendiri atau merubah diri kita menjadi benar. Tapi kita diminta membuat peta situasi, sehingga kita tahu pasti berada dimana, kita punya kelebihan apa, kita punya kekurangan apa, dan kita mau apa demi terselesainya masalah.

Dody H.A