Rabu, 25 Januari 2017

Terbatas

Ketika kita benar2 memahami bahwa kita sebenarnya terbatas dlm hal apapun. Maka saat itulah kita tidak terbatas lagi dlm hal apapun.

Jumat, 01 Juli 2016

Jangan Latih Anak-Anak Dijemput KBRI

Jangan Latih Anak-ANak Dijemput KBRI - Kolom Prof Rhenald Kasali (UI).                                                             Mungkin kita semua sepakat, anak-anak yang pintar di sekolah belum tentu pintar dalam kehidupan.

Sayangnya banyak orang tua yang masih berpikir, kalau anaknya juara kelas, pintar di sekolah, pasti akan pintar menjalani hidup.

Untuk itulah sering kita lihat orang tua yang amat protektif, membuat anak merasa sudah belajar walau itu hanya di sekolah. Sedangkan perjalanannya menuju sekolah, pergaulannnya, kebiasaannya mengambil keputusan dalam keadaan sulit, selalu disterilisasi orangtua.

Apalagi bila orang tua punya kuasa, banyak koneksi, punya uang, maka semua itu akan distrerilisasi lebih luas lagi. Padahal yang membentuk orang tuanya hari ini sukses sudah jelas: orangtua mereka tak seprotektif mereka.

Kalau sudah begitu, apa hasilnya?

Anda lihat sendiri, banyak anak-anak pandai di sekolah tak berdaya saat di-bully kawan-kawannya, kurang bergaul, dan bila dikejar anjing di kampung, ia tidak bisa melompat, larinya tercekat.

Dan di usia dewasa, ia bisa menjadi sosok yang sulit bagi teman-teman, pasangan dan kolega-koleganya. Ia akan merasa terus pandai, seakan-akan kecerdasaannya tetap, tak berubah.

Ke Luar Negeri, Bagus

Pepatah mengatakan, dunia ini ibarat sebuah buku. Mereka yang tak melakukan perjalanan (hanya kuliah saja), hanya membaca satu halaman.

Terilhami oleh Susi Pudjiastuti, saya pun menugaskan mahasiswa ke mancanegara. Tidak main-main. Satu orang satu negara.

Menteri Kelautan dan Perikanan ini, sejak remaja sudah menyewa truk dari kampungnya di Pangandaran, hanya bersama seorang sopir, ia pergi membeli ikan ke Cirebon atau Indramayu, lalu berjualan ke Pasar Ikan di Jakarta.

Bila dulu saya menugaskan tiga orang satu negara, sejak kehadiran Ibu Susi di kelas itu, saya mengubahnya menjadi satu negara-satu orang.

Syaratnya, tidak boleh di antar, dan tak boleh ada yang menjemput. Itupun harus pergi ke negara yang tak berbahasa Melayu.

Anda tahu siapa musuh program ini?

Para mahasiswa melaporkan, ada dua pihak. Pertama adalah orang tua yang selalu beranggapan anaknya bak princess. Orangtua bahkan merespon dengan negatif, takut anaknya kesasar. Padahal doktrin kelas itu sejak awal sangat jelas, “Berpikir karena kesasar.”

Setiap kali orangtua protes, saya selalu bilang, “Memang kalau tersasar, mengapa?”

Dari situ, sebagian tiba-tiba tersentak dan tertegun sendiri karena hampir semua orangtua pasti pernah kesasar, dan toh akhirnya pulang juga dengan selamat. Malah menjadi semakin pandai, lebih percaya diri.

Sebagian lagi, responsnya begitulah, memindahkan anaknya ke kelas lain. Mereka mengambil keputusan untuk anaknya yang sudah dewasa dengan menghentikan sebuah proses belajar yang penting untuk membangun hidup mereka.

Orangtua juga mengatur banyak hal. Tiket pesawat, rute tujuan, menginap di mana, siapa yang jemput, makan apa, pakaian dan perlengkapan, sampai SIM Card dan obat-obatan.

Padahal anaknya gaul, sehat, senang berpetualang. Dan kalau diatur, ia malah menjadi merasa tak dipecaya, bahkan malu dengan kawan-kawannya.

Bagi saya, ini semua bisa membuat anak kurang terlatih menghadapi kesulitan. Sebab setiap kali menghadapi persoalan kecil saja, mereka bisa menghindar dan cepat-cepat minta bantuan.

Dan musuh kedua adalah, para dosen sendiri. Ya, para akademisi percaya anak pintar itu tak boleh banyak bermain. Baca, baca, baca, buat tugas. Padahal anak-anak pintar itu terlalu serius, terlalu steril dan kurang bermain.

Anda tahu apa yang dilakukan orangtua agar anak-anaknya diterima di perguruan tinggi yang bagus?

Mungkin Anda bisa lihat bagaimana treatment orangtua sejak anaknya masih kecil. Jangankan untuk menuju perguruan tinggi, untuk diterima di SMP yang bagus saja, sejak kelas 5 SD anak-anak itu sudah dilatih pulang sore/malam hari, ikut les ini dan itu. Katanya untuk diterima di SMP A harus ikut bimbel di B.

Kalau sudah begitu, anak-anak yang pandai ini menjadi kurang bergaul dan menjadi kurang asyik di mata teman-temannya. Mereka dicetak dalam alam berpikir bahwa pandai dalam kehidupan itu ada di ruang kelas, melalui program tertulis. Padahal pandai itu adalah mampu mengambil keputusan yang tepat.

Bayangkan, bila sejak kecil sampai dewasa anak-anak itu tak pernah berlatih mengambil keputusan dalam keadaan sulit. Bahkan untuk naik taksi saja ia tak berani.

Pergi ke luar negeri seorang diri, bagi seorang anak ia akan belajar banyak hal. Bagaimana kalau ketinggalan pesawat, kehilangan bagasi, kesasar, diganggu orang, mengunjungi situs-situs penting, mengatur waktu, makan, dan seterusnya.

Mengapa harus dijemput?

Kisah anak-anak pejabat yang orang tuanya begitu bernafsu mengatur dan mengawal anak-anaknya agar tak kesasar di luar negeri, saat ini sudah amat keterlaluan. Orang tua telah mengambil hak-hak penting si anak untuk menjadi rajawali.

Anak diasumsikan sebagai sosok yang tak mampu bergerak sendiri, dan seakan-akan alam tak memberi ruang bagi anak untuk belajar. Padahal, anak SLB sekalipun punya kemampuan belajar yang luar biasa kalau diberi kesempatan, dan sebaliknya kalau dianggap bodoh.

Mungkin anda sudah menerima catatan seorang dosen di Surabaya yang viral dua hari ini. Sayang, saya tak menemukan sumbernya setelah beredar dari satu WA ke WA lainnya. Tapi saya kira apa yang dilakukan untuk merekam momen yang ia lihat dan catat harus kita hargai. Ini sebuah catatan yang istimewa bagi para orangtua dan pendidik.

Ia mencatat kejadian saat menemukan seorang siswa SLB penderita tunagrahita yang begitu bahagia saat menemukan alamat yang dicari. Siswa itu kabarnya diberangkatkan dari Jogja untuk mencari alamat di Surabaya.

"Syaratnya boleh bertanya, namun tidak boleh diantar, tidak boleh naik kendaraan yang bersifat mengantar seperti taxi dan becak. Tidak boleh meminta - minta. Dan masih banyak aturan lain Bahkan dia mencari tempat sampah untuk membuang sampahnya." Catat orang berjasa ini.

Tapi yang membuat saya tercengang adalah catatannya yang ini: "Dia berkata bahwa dia dilarang bersedih. "Kata pak Guru aku ngga boleh sedih, kalau sedih nanti bodoh lagi", ucapnya polos."

Sekarang tinggallah kita memeriksa apa yang telah kita lakukan pada anak-anak kita. Apakah benar kita telah melatih anak-anak kita untuk menjadi pemimpin yang hebat, rajawali yang matanya tajam dan mampu terbang tinggi, atau menjafikan mereka burung dara yang indah, yang sayap-sayapnya terjahit.

Anak-anak yang dijemput dengan fasilitas yang dimiliki orantua akan kehilangan banyak momen yang bisa membuat ia kelak lebih pandai dalam hidup.

Kisah anak-anak saya di Fakultas Ekonomi yang pergi ke luar negeri sudah dibukukan oleh mereka sendiri dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor. Edisi terbaru juga telah disiapkan anak-anak itu dalam episode Duta Perdamaian.

Ketika mendengarkan presentasi mereka, saya selalu belajar bahwa anak-anak hebat ini kelak akan menjadi lebih hebat lagi. Dengan metode sharing economy, mereka kini bisa menyebar ke mancanegara dengan biaya minimal.

Tak terbayangkan bagaimana mahasiswi saya yang dompetnya hilang di London bisa tetap menyelesaikan misinya hingga ke Scotlandia, menembus dua negara selama 10 hari dengan sehat.

Tak terbayangkan bagaimana mereka mengajarkan dua perempuan Jepang memakai hijab. Tak terpikirkan pula bagaimana mereka berkenalan dengan anak-anak konglomerat dan dijadikan narasumber di berbagai kampus yang mereka kunjungi.

Anak-anak yang steril tak punya cerita menurut versi mereka sendiri. Dan anak-anak itu bisa jadi pembual yang hebat. Tetapi anak-anak yang tak dijemput KBRI kalau ke luar negri, yang berani menghadapi hidup ini dalam perhitungan yang dilatih sendiri, kelak akan mempunyai story versi mereka sendiri.

Personal story adalah modal dasar seorang pemimpin. Ia akan merasa hidupnya berarti, dan sadar bahwa di luar sekolah ada banyak pelajaran yang bisa melatih kepemimpian, empati sosial dan pemgambilan keputusan.

Jadi, sudahlah. Hentikan dagelan ini, orangtua!

30/6/2016 (Kompas.com)

Kamis, 23 Juni 2016

FALSAFAH RONGGO WARSITO

*FALSAFAH RONGGO WARSITO*

(Dalam bahasa aslinya dan terjemahannya)

Untuk mengingatkan kita semua...terutama diri saya sendiri
 
_Rejeki iku ora iså ditiru.._
*(REJEKI ITU TIDAK BISA DITIRU)*

_Senajan pådå lakumu_
*(WALAU JALANMU SAMA)*

_Senajan pådå dodolan mu_
*(WALAU JUALANMU SAMA)*

_Senajan pådå nyambut gawemu_
*(WALAU PEKERJAANMU SAMA)*

_Kasil sing ditåmpå bakal bedå2_
*(HASIL YANG DITERIMA AKAN BERBEDA SATU SAMA LAIN)*

_Iså bedå nèng akèhé båndhå_
*(BISA LAIN DALAM BANYAKNYA HARTA)*

_Iså ugå ånå nèng Råså lan Ayemé ati, yaiku sing jenengé bahagia_
*(BISA LAIN DALAM RASA BAHAGIA DAN KETENTERAMAN HATI)*

_Kabèh iku såkå tresnané Gusti kang måhå kuwåså_
*(SEMUA ITU ATAS KASIH DARI TUHAN YANG MAHA KUASA)*

_Såpå temen bakal tinemu_
*(BARANG SIAPA BER-SUNGGUH2 AKAN MENEMUKAN)*

_Såpå wani rekåså bakal nggayuh mulyå_
*(BARANG SIAPA BERANI BERSUSAH PAYAH AKAN MENEMUKAN KEMULIAAN)*

_Dudu akèhé, nanging berkahé kang dadèkaké cukup lan nyukupi_
*(BUKAN BANYAKNYA, MELAINKAN BERKAHNYA YANG MENJADIKAN CUKUP DAN MENCUKUPI)*

_Wis ginaris nèng takdiré menungså yèn åpå sing urip kuwi wis disangoni såkå sing kuwåså_
*(SUDAH DIGARISKAN OLEH TAKDIR BAHWA SEMUA YANG HIDUP ITU SUDAH DIBERI BEKAL OLEH YANG MAHA KUASA)*

_Dalan urip lan pangané wis cemepak cedhak kåyå angin sing disedhot bendinané_
*(JALAN HIDUP DAN REJEKI SUDAH TERSEDIA, DEKAT, SEPERTI UDARA YANG KITA HIRUP SETIAP HARINYA)*

_Nanging kadhang menungså sulap måtå lan peteng atiné, sing adoh såkå awaké katon padhang cemlorot ngawé-awé, nanging sing cedhak nèng ngarepé lan dadi tanggung jawabé disiå-siå kåyå orå duwé gunå_
*(TETAPI KADANG MANUSIA SILAU MATA DAN GELAP HATI, YANG JAUH KELIHATAN BERKILAU DAN MENARIK HATI.. TETAPI YANG DEKAT DIDEPANNYA DAN MENJADI TANGGUNG JAWABNYA DISIA-SIAKAN SEPERTI TAK ADA GUNA)*

_Rejeki iku wis cemepak såkå Gusti, ora bakal kurang anané kanggo nyukupi butuhé menungså såkå lair tekané pati_
*(REJEKI ITU SUDAH DISEDIAKAN OLEH TUHAN, TIDAK BAKAL BERKURANG UNTUK MENCUKUPI KEBUTUHAN MANUSIA DARI LAHIR SAMPAI MATI)*
    
_Nanging yèn kanggo nuruti karep menungså sing ora ånå watesé, rasané kabèh cupet, nèng pikiran ruwet, lan atiné marahi bundhet_
*(TETAPI KALAU MENURUTI KEMAUAN MANUSIA YANG TIDAK ADA BATASNYA, SEMUA DIRASA KURANG MEMBUAT RUWET DI HATI DAN PIKIRAN)*

_Welingé wong tuwå, åpå sing ånå dilakoni lan åpå sing durung ånå åjå diarep-arep, semèlèhké lan yèn wis dadi duwèkmu bakal tinemu, yèn ora jatahmu, åpå maneh kok ngrebut såkå wong liyå nganggo cårå sing ålå, yå  waé, iku bakal gawé uripmu lårå, rekåså lan angkårå murkå sak jeroning kaluwargå, kabeh iku bakal sirnå balik dadi sakmestiné_
*(PETUAH ORANG TUA, JALANILAH APA YANG ADA DIDEPAN MATA DAN JANGAN TERLALU BERHARAP LEBIH UNTUK YANG BELUM ADA. KALAU MEMANG MILIKMU PASTI AKAN KETEMU, KALAU BUKAN JATAHMU, APALAGI SAMPAI MEREBUT MILIK ORANG MEMAKAI CÀRA TIDAK BAIK, ITU AKAN MEMBUAT HIDUPMU MERANA, SENGSARA DAN ANGKARA MURKA. SEMUA ITU AKAN SIRNA KEMBALI KE ASALNYA)*

_Yèn umpåmå ayem iku mung biså dituku karo akèhé båndhå dahnå rekasané dadi wong sing ora duwé_
*(KALAU SAJA KETENTERAMAN ITU BISA DIBELI DENGAN HÀRTA, ALANGKAH SENGSARANYA ORANG YANG TIDAK PUNYÀ)*

_Untungé ayem isà diduwèni såpå waé sing gelem ngleremké atiné ing bab kadonyan, seneng   tetulung marang liyan, lan pasrahké uripé marang GUSTI KANG MURBENG DUMADI,_
*(UNTUNGNYA, KETENTERAMAN BISA DIMILIKI OLEH SIAPA SAJA YANG TIDAK MENGAGUNGKAN KEDUNIAWIAN, SUKA MENOLONG ORANG LAIN DAN MENSYUKURI HIDUPNYA)*

Selasa, 13 Oktober 2015

Menang dan kalah

Hidup ini bukan untuk menang dan kalah.... Juga bukan untuk salah dan benar.... Tp hidup ini untuk dinikmati pada sisi manapun

Minggu, 08 Februari 2015

Ketakutan

Ketakutan ada... ketika ada ruang/jarak antara harapan dan kenyataan. Dan... ketika harapan dan kenyataan menyatu, ketakutan pun sirna

Minggu, 25 Januari 2015

Kepastian

Kepastian yang sebenar-benarnya adalah ketidakpastian itu sendiri...

Selasa, 13 Januari 2015

Mimpi

Mimpi (harapan) akan menjadi kenyataan sll  bersamaan dgn hilangnya jarak, ruang dan waktu...

Rabu, 24 Desember 2014

Bahagia

Kebahagian itu hanya akan  menghampiri kita, ketika kita sudah tidak lagi mencarinya dan juga tidak lagi memikirkannya....

Jumat, 12 Desember 2014

Kesempurnaan itu.

Kesempurnaan itu sebenarnya menyatumya ketidaksempurnaan dengan kesempurnaan, shg kita tdk lg dpt membedakan antar keduanya.

Dody, 12 Desember 2014

Kamis, 30 Oktober 2014

Adakah Baik atau buruk ?

Adakah baik atau buruk ?.... Baik ataupun buruk hanyalah soal penilaian dari sudut pandang mana kita melihat. Jadi apa perlunya kita mempersoalan jika parameter tiap orang tdk lah sama.